Mesjid Agung Garut Tampak Depan |
Hari itu Minggu 28
Oktober 2012, sehabis sholat dzuhur saya duduk diteras halaman mesjid istirahat
sambil melihat semua kativitas yang terjadi di halaman Alun-alun. Terlihat
beberapa orang tengah duduk santai di pinggiran alun-alun sambil menikmati
jajanan masing-masing. Para pejalan kaki juga banyak berlalu-lalang di pinggir
jalan. Angkutan umum juga terlihat bersaing untuk mendapatkan penumpang.
Kemudian tak sengaja saya dengar percakapan dua orang disebelah saya yang
sedang memamkai sepatunya. “Salah
satu tempat yang nyaris selalu saya singgahi jika berkunjung ke kota Garut,
adalah Masjid Agung Garut ini. Suasananya yang teduh dan lokasinya yang
strategis biasa saya gunakan untuk beristirhat sejanak. Masjid
ini sangat nyaman, didalamnya sangat sejuk meski tanpa AC” begitulah percakapan
yang samar-samar saya dengar. Tak sempat menanyakan kepada dua orang tersebut
tapi dari percakapan yang saya dengar saya dapat memastikan kedua orang tersebut
berasal dari luar kota Garut.
Setelah kejadian
tersebut saya langsung mencari informasi tentang sejarah Garut. Setelah saya
membaca semua artikel di google dan perpustakaan umum dekat RSU Dr. Slamet tentang sejarah Garut dan
akhirnya saya mendapatkan yang saya cari. Dan lagi-lagi saya rangkum dan saya
tulis lagi sebagai bahan postingan di sobat adventure kali ini. Sambil
mendengarkan lagu dan tembang-tembang kenangan mengantarkan saya pada
petualangan Garoet Tempoe Doele.
Antara
Babancong, Alun-alun dan Mesjid Agung Garut
Semua ketiga tempat
tersebut adalah saksi bisu sejarah peradaban kota Garut. Terletak di lokasi
yang sama namun dengan tempat yang berbeda-beda. Petualang pertama kita mulai
dengan Babancong.
Satu Sisi Cerita
Babancong dan Alun-Alun dan Mesjid Agung Garut. Kalau ada waktu luang sobat
adventure berkunjunglah ke kota Garut dan jangan lupa mipir juga ke Alun-Alun Garut,
pusat kota yang akan memberikan banyak kenangan. Pada dasarnya pola Alun-Alun
Garut hampir sama dengan pola Alun-Alun yang ada di kota-kota lain di Indonesia
yaitu pola Pohon Beringin, Mesjid Agung, Pendopo dan embel-embel lainnya
yang berhubungan dengan pemerintahan.
Halamn GD. Pendopo Garut |
Mesid Agung Garut, Masjid Tertua di Bumi Priangan
Mesjid Agung Garut Dari Arah Gerbang Utara |
Berbicara
tentang Mesjid Agung Garut, Seperti konsep yang telah banyak diterapkan di
mayoritas kota-kota di Indonesia, dimana pusat kota biasa terdiri dari
alun-alun, masjid, penjara, pusat pemerintahan, dll, pemerintah Garut zaman
dulu pun itu pun menerapkan hal yang sama pada kota Garut ini. Hal itu membuat saya lebih semangat
mengetahui lebih banyak tentang sejarah Garut. Dan uniknya, bila dilihat dari
sisi sejarah, Masjid Agung Garut ini termasuk salah satu masjid tertua di bumi
Priangan.
Indor Mesjid Agung Garut |
Wajah
masjid yang bisa sobat lihat saat ini juga bukan rupa yang sama dengan Masjid
Agung Garut pada awal abad ke 19. Perubahan yang mencolok terletak pada bentuk
kubah Mesjid. Seperti umumnya masjid di Priangan termasuk Masjid Agung Bandung,
Masjid Agung Garut pada masa itu pun menganut konsep tajuk tumpang tiga atau
lebih dikenal dengan atap “nyungcung.” Itulah mengapa di tanah sunda
jaman baheula (dulu – red) sering kita dengar istilah “ka bale
nyungcung” untuk menggambarkan pasangan yang akan melakukan akad nikah di
masjid agung.
Menara Tampak Kiri |
Menara Tampak Kanan |
Saya masih ingat ketika saya masih kecil kala itu
sedang bermain layang-layang di swah didekat rumah. Saat itu saya melihat berkali-kali
helikopter membawa menara besi berwarna putih metalik mengkilap tersinari matahari
mengantung dibawah helikopter tepat dibawah layangan yang saya terbangkan. Dan
saya melihat helikopter tersebut bolak-balik menuju Mesjid Agung Garut.
Kemudian banyak orang yang mebicarakannya tentang hal itu, dan ternyata
helokopter-helikopter tersebuat digunakan sebagai alat untuk meletakan empat
menara yang kini menjadi menara Mesjid Agung Garut. Dan ini lah alasannya, karena
tidak ada orang yang bisa menyimpan menara
berat tersebut tepat diatas menara Mesjid Agung Garut. Saya membayangkannya
saat ini betapa susahnya ketika helikopter menyimpan menara besi tepat diatas menara Masjid
Agung. Masjid Agung biasa digunakan untuk kegiatan keagamaan islam.
Masjid Agung ini menjadi sangat ramai ketika bulan Ramadhan tiba.
Babancong,
Tempat Presiden Pertama RI, Soekarno
Menyebut Garut Sebagai Kota Intan
Babancong Tampak Deapn |
Ada yang berbeda di Alun-alun Garut. Di sebelah
selatannya ada Babancong. Inilah yang membuat Alun-alun Garut berbeda dengan
Alun-laun lainnya. Perbedaan itu terletak pada sebuah bangunan bernama Babancong, saya kurang tahu nama arti
dalam bahasa Indonesianya apa yang pasti, Babancong merupakan ikon yang sangat
dibanggakan oleh masyarakat Garut. Menurut saya Babancong merupakan sebuah
bangunan yang mirip pesanggrahan yang seperti panggung membentuk melingkar dan memiliki beberapa
buah anak tangga. Jaman dulu Babancong berfungsi sebagai tempat para pembesar
menyaksikan keramaian di alun-alun, atau tempat berpidato. Babancong memiliki delapan tiang dan delapan
kolong yang terasambung antarang kolong satu dan kolong lainnya serta memiliki
tinggi kira-kira 1,5 meter sehingga kita orang dewasa harus membungkuk untuk memasukinya. Sampai sekarang pun, Babancong
masih digunakan untuk tempat duduk para pejabat pada saat diselenggarakannya berbagai peringatan hari nasioanal seperti
upacara pengibaran bendera HUT RI. Sementara Pendopo ada di belakang
Babancong jika berdiri menghadap ke utara Alun-alun.
Babancong Tampak Belakang Dari Arah Alun-Alun |
Yang uniknya lagi, ada
juga pohon beringin diantara Babancong. Perhatikan secara seksama maka
keberadaan beringin seolah menjadi satu kesatuan yang padu dengan keberadaan
Alun-alun itu sendiri, Di Babancong inilah Presiden Pertama RI, Soekarno
menyebut Garut sebagai kota intan. Kota yang berkilau, karena bersih dan tertata
dengan baik.
Tidak lengkap rasanya
apabila ke Alun-alun Garut tanpa menengok Babancong, seperti kepantai tapai
tidak berenang gak asik.
Alun-Alun
Garut
Alun-Alun Dari Arah Babancong |
Di depan Babancong dan
Mesjid Agung Garut ada Alun-alun, biasanya Babancong menjadi tempat bupati
Garut berdiri sebagai pembina upacara pada hari-hari besar RI, HUT RI
misalnya, para Paskibra mengibarkan bendera didepan Babancong dan Pembina Upacara
berdiri di Babancong tersebut. Alun-alun menjadi tempat peserta berbaris, itu
pada saat upacara. Nah kalau hari Minggu dan hari-hari biasa, alun-alun
biasanya menjadi tempat bermain saja. Ada banyak anak-anak yang bermain disana.
Ada tempat penyewaan kereta api, ada mobil dan motor-motoran kecil dan ada juga
yang bermain sepakbola. Tapi sering juga digunakan sebagai tempat pameran
seperti pameran yang selalu diadakan setiap memepringati hari jadi Garut.
Kadang digunakan pula sebagai tempat diadakanya konser musik band indie sampai
band yang sudah terkenal seperti Band Gigi.
Playlist lagu dan
tembang-tembang kenangan di winamp telah semua diputar, dan selesai juga ssaya menulis
postingannya. Lagunya Yuni Sara yang berjudul senandung rindu menjadi lagu
terakhir menutup tulisan saya kali ini. Dan itulah cerita Kisah Antara
Babancong, Alun-alun dan Mesjid Agung Garut.
Sampai jumpa di
petualangan-petualangan dan postingan berikutnya, dan saya tunggu cerita
petualangan sobat adventure di Garut.
Merasakan Kebebasan,
Arti hidup, Kepuasan Diri Dan Keberhasilan, Life’s An Adventure
Antara Babancong, Alun-Alun dan Mesjid Agung Garut
4/
5
Oleh
Unknown